Prof. Dr. Budiarno, Oktober 2009
Pendidikan
seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang
masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak anak mengerti
masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan.
Pendidikan seks dalam Islam adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama Islam dan yang sudah diterapkan oleh masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Pendidikan seks dalam Islam adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama Islam dan yang sudah diterapkan oleh masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Para
pemerhati masalah remaja berpendapat, bahwa pendidikan seks seharusnya
diberikan sedini mungkin. Jika perlu, di bangku prasekolah pun ada kurikulum
yang membahas khusus tentang pendidikan seks.
Kebanyakan
orang tua selalu menunda-nunda untuk membicarakan tentang seks dengan anak
remaja mereka. Dan ketika orang tua mulai membicarakannya dengan anak remaja
mereka, sering sudah terlambat. Menurut penelitian, sebagian remaja sudah
pernah berhubungan seks pada saat orang tua mereka mencoba untuk membicarakan
seks dengan mereka. Memang penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat,
tapi remaja-remaja di Indonesia juga mempunyai perilaku yang sangat
memprihatinkan. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of
the American Academy of Pediatrics, 114 keluarga yang diwawancarai
pada masalah-masalah mulai dari perubahan tubuh pada masa pubertas sampai
dengan kondom dan kehamilan. Dalam satu sesi, peneliti menanyakan kepada para
remaja dan orang tua mereka secara terpisah, tentang kapan topik ini dibahas
oleh mereka. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan jawaban para remaja tentang
aktivitas seks pertama mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata, remaja
telah berhubungan seks sebelum orang tua mereka mulai mendiskusikannya dengan
mereka. Menurut salah satu peneliti, Dr. Mark
Schuster, kepala pediatri umum di Children's Hospital Boston,
hasil penelitian ini seharusnya mendorong orang tua untuk berbicara dengan anak
remaja mereka tentang pendidikan seks lebih awal. Dengan harapan perilaku seks
bebas pada remaja bisa dikendalikan.
Menurut Family Planning Perspective edisi bulan Maret 2008 pendidikan seks yang sekarang dilakukan makin penting berkaitan dengan menjalarnya AIDS. Karenanya berkembang sekaligus disana pendidikan seks dan pendidikan AIDS.
Menurut Family Planning Perspective edisi bulan Maret 2008 pendidikan seks yang sekarang dilakukan makin penting berkaitan dengan menjalarnya AIDS. Karenanya berkembang sekaligus disana pendidikan seks dan pendidikan AIDS.
Pendidikan
seks yang dilakukan sejak dini dapat menekan laju angka penderita penyakit
kelamin, AIDS dan aborsi yang dilakukan kalangan remaja. Bahkan juga bisa
mencegah terjadinya perilaku penyimpangan seks. Materi pendidikan seks tidak
perlu ditutup-tutupi, karena akan menjadikan siswa bertambah penasaran dan
ingin mencobanya. Namun, perlu juga disertai penjelasan akibat seks itu sendiri.
Dengan adanya arus yang tak terbendung membawa pengaruh positif dan negatif bagi buah hati. Adanya kasus pelecehan atau kekerasan atau manipulasi seks pada anak juga kian meningkat, sehingga hubungan seks pranikah atau manipulasi seks pada anak pun semakin meningkat. Bahkan, banyaknya kasus aborsi di kalangan remaja menjadi salah satu masalah yang kian kompleks di masa seperti ini. Dengan meningkatnya penderita HIV dan penyakit menular seksual lainnya juga terus membuat orangtua harus semakin aware dengan pendidikan seks.
Di Indonesia sendiri penelitian tentang Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan pernah dilakukan dengan hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang transparan maka kecenderungan untuk melakukan seks bebas makin tinggi karena ketidak-tahuannya akan informasi seks yang baik dan benar. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks remaja akan menurun.
Dengan adanya arus yang tak terbendung membawa pengaruh positif dan negatif bagi buah hati. Adanya kasus pelecehan atau kekerasan atau manipulasi seks pada anak juga kian meningkat, sehingga hubungan seks pranikah atau manipulasi seks pada anak pun semakin meningkat. Bahkan, banyaknya kasus aborsi di kalangan remaja menjadi salah satu masalah yang kian kompleks di masa seperti ini. Dengan meningkatnya penderita HIV dan penyakit menular seksual lainnya juga terus membuat orangtua harus semakin aware dengan pendidikan seks.
Di Indonesia sendiri penelitian tentang Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan pernah dilakukan dengan hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang transparan maka kecenderungan untuk melakukan seks bebas makin tinggi karena ketidak-tahuannya akan informasi seks yang baik dan benar. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks remaja akan menurun.
Pola asuh di Indonesia itu tidak ada
pendidikan seks. Padahal, pendidikan seks untuk anak itu sangat penting. Banyak
anak-anak melihat film seks yang disebabkan karena minimnya pendidikan
seksual waktu kecil. Karena di usianya
yang belum cukup, mestinya dia tidak melihat tontonan tersebut. Namun ada
gejolak yang meledak-ledak. Kalau tidak terkendali itu akan jadi hal-hal
negatif, seperti pemerkosaan, seks pranikah, ini karena minimnya pendidikan
seks sejak kecil.
Pendidikan seks idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Adapun tujuan pendidikan seks adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja dan terhindar dari prilaku seks bebas.
Tujuan dasar pendidikan seks adalah untuk mengurangi risiko hasil negatif dari perilaku seksual berisiko. Ini adalah cara di mana para pemuda belajar dan mengadopsi sikap yang tepat terhadap seks. Hal ini bertujuan untuk menginformasikan masyarakat tentang bahaya perilaku seksual berisiko yang dapat menyebabkan kehamilan remaja yang tidak diinginkan, kontraksi infeksi menular seksual seperti HIV. Ini membantu para pemuda untuk memiliki pola pikir positif tentang seks dan seksualitas mereka. Hal ini juga memberdayakan pemuda terhadap pelanggaran seksual
Sasaran pendidikan seks dalam kesehatan adalah:
Pendidikan seks idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Adapun tujuan pendidikan seks adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja dan terhindar dari prilaku seks bebas.
Tujuan dasar pendidikan seks adalah untuk mengurangi risiko hasil negatif dari perilaku seksual berisiko. Ini adalah cara di mana para pemuda belajar dan mengadopsi sikap yang tepat terhadap seks. Hal ini bertujuan untuk menginformasikan masyarakat tentang bahaya perilaku seksual berisiko yang dapat menyebabkan kehamilan remaja yang tidak diinginkan, kontraksi infeksi menular seksual seperti HIV. Ini membantu para pemuda untuk memiliki pola pikir positif tentang seks dan seksualitas mereka. Hal ini juga memberdayakan pemuda terhadap pelanggaran seksual
Sasaran pendidikan seks dalam kesehatan adalah:
a.
Pada usia 1 sampai
4 tahun
Orang
tua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu
juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik.
Dan berbeda satu sama lain. Kenalkan, ini mata, ini kaki, ini vagina. Itu tidak
apa-apa, terangkan bahwa anak laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan berbeda.
Masing-masing dengan keunikan sendiri ujarnya.
b.
Pada usia 5-7 tahun
Rasa ingin tahu
anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Maka aku menanyakan kenapa
temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin
tahu itu merupakan hal yang wajar karena itu orang tua diharapkan bersikap
sabar dan komunikatif. Menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. Kalau
anak laki-laki mengintip temanya perempuan yang sedang buang air. Itu mungkin
karena ia ingin tahu, jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa dijelaskan
terangkan bedanya banya anak laki-laki dan perempuan.
d.
Pada usia 7-10 tahun
Anak
sudah mampu mmbedakan dan mengenali hubungan sebab akibat pada fase ini. Orang
tua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi. Misalnya tentang
sel telur dan sperma bila bertemu akan membentuk bayi.
e. Pada usia 11-13
tahun
Sudah
memasuki pubertas, ini mulai mengalami perubahan fisik dan mulai tertarik pada
lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengekplorasi diri. Misal: anak perempuan
akan mencoba alat make up ibunya. Anak perempuan memiliki hubungan lebih dekat
dengan ibu dan sebaliknya. Hal itu mempermudah anak membentuk identitas dirinya
sendiri sebagai individu dewasa. Kalau anak perempuan kurang akrab dengan
ibunya, ia bisa saja mencari sosok ayah jika ia mencari pasangan hidup kelak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar