Selasa, 27 September 2011

PENDIDIKAN SEKS

Prof. Dr. Budiarno, Oktober 2009


Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak anak mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan.
Pendidikan seks dalam Islam adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama Islam dan yang sudah diterapkan oleh masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Para pemerhati masalah remaja berpendapat, bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan sedini mungkin. Jika perlu, di bangku prasekolah pun ada kurikulum yang membahas khusus tentang pendidikan seks.
Kebanyakan orang tua selalu menunda-nunda untuk membicarakan tentang seks dengan anak remaja mereka. Dan ketika orang tua mulai membicarakannya dengan anak remaja mereka, sering sudah terlambat. Menurut penelitian, sebagian remaja sudah pernah berhubungan seks pada saat orang tua mereka mencoba untuk membicarakan seks dengan mereka. Memang penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat, tapi remaja-remaja di Indonesia juga mempunyai perilaku yang sangat memprihatinkan. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Pediatrics, 114 keluarga yang diwawancarai pada masalah-masalah mulai dari perubahan tubuh pada masa pubertas sampai dengan kondom dan kehamilan. Dalam satu sesi, peneliti menanyakan kepada para remaja dan orang tua mereka secara terpisah, tentang kapan topik ini dibahas oleh mereka. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan jawaban para remaja tentang aktivitas seks pertama mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata, remaja telah berhubungan seks sebelum orang tua mereka mulai mendiskusikannya dengan mereka. Menurut salah satu peneliti, Dr. Mark Schuster, kepala pediatri umum di Children's Hospital Boston, hasil penelitian ini seharusnya mendorong orang tua untuk berbicara dengan anak remaja mereka tentang pendidikan seks lebih awal. Dengan harapan perilaku seks bebas pada remaja bisa dikendalikan.

Menurut Family Planning Perspective edisi bulan Maret 2008 pendidikan seks yang sekarang dilakukan makin penting berkaitan dengan menjalarnya AIDS. Karenanya berkembang sekaligus disana pendidikan seks dan pendidikan AIDS.
Pendidikan seks yang dilakukan sejak dini dapat menekan laju angka penderita penyakit kelamin, AIDS dan aborsi yang dilakukan kalangan remaja. Bahkan juga bisa mencegah terjadinya perilaku penyimpangan seks. Materi pendidikan seks tidak perlu ditutup-tutupi, karena akan menjadikan siswa bertambah penasaran dan ingin mencobanya. Namun, perlu juga disertai penjelasan akibat seks itu sendiri.

Dengan adanya arus yang tak terbendung membawa pengaruh positif dan negatif bagi buah hati. Adanya kasus pelecehan atau kekerasan atau manipulasi seks pada anak juga kian meningkat, sehingga hubungan seks pranikah atau manipulasi seks pada anak pun semakin meningkat. Bahkan, banyaknya kasus aborsi di kalangan remaja menjadi salah satu masalah yang kian kompleks di masa seperti ini. Dengan meningkatnya penderita HIV dan penyakit menular seksual lainnya  juga terus membuat orangtua harus semakin aware dengan pendidikan seks.
Di Indonesia sendiri penelitian tentang Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan pernah dilakukan dengan hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang transparan maka kecenderungan untuk melakukan seks bebas makin tinggi karena ketidak-tahuannya akan informasi seks yang baik dan benar. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks remaja akan menurun.
Pola asuh di Indonesia itu tidak ada pendidikan seks. Padahal, pendidikan seks untuk anak itu sangat penting. Banyak anak-anak melihat film seks yang disebabkan karena minimnya pendidikan seksual  waktu kecil. Karena di usianya yang belum cukup, mestinya dia tidak melihat tontonan tersebut. Namun ada gejolak yang meledak-ledak. Kalau tidak terkendali itu akan jadi hal-hal negatif, seperti pemerkosaan, seks pranikah, ini karena minimnya pendidikan seks sejak kecil.
Pendidikan seks idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Adapun tujuan pendidikan seks adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja dan terhindar dari prilaku seks bebas.
Tujuan dasar pendidikan seks adalah untuk mengurangi risiko hasil negatif dari perilaku seksual berisiko. Ini adalah cara di mana para pemuda belajar dan mengadopsi sikap yang tepat terhadap seks. Hal ini bertujuan untuk menginformasikan masyarakat tentang bahaya perilaku seksual berisiko yang dapat menyebabkan kehamilan remaja yang tidak diinginkan, kontraksi infeksi menular seksual seperti HIV. Ini membantu para pemuda untuk memiliki pola pikir positif tentang seks dan seksualitas mereka. Hal ini juga memberdayakan pemuda terhadap pelanggaran seksual

Sasaran pendidikan seks dalam kesehatan adalah:
a.       Pada usia 1 sampai 4 tahun
    Orang tua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik. Dan berbeda satu sama lain. Kenalkan, ini mata, ini kaki, ini vagina. Itu tidak apa-apa, terangkan bahwa anak laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan berbeda. Masing-masing dengan keunikan sendiri ujarnya.
b.      Pada usia 5-7 tahun
     Rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Maka aku menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar karena itu orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif. Menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. Kalau anak laki-laki mengintip temanya perempuan yang sedang buang air. Itu mungkin karena ia ingin tahu, jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa dijelaskan terangkan bedanya banya anak laki-laki dan perempuan.
d.      Pada usia 7-10 tahun
   Anak sudah mampu mmbedakan dan mengenali hubungan sebab akibat pada fase ini. Orang tua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi. Misalnya tentang sel telur dan sperma bila bertemu akan membentuk bayi.
e.     Pada usia 11-13 tahun
    Sudah memasuki pubertas, ini mulai mengalami perubahan fisik dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengekplorasi diri. Misal: anak perempuan akan mencoba alat make up ibunya. Anak perempuan memiliki hubungan lebih dekat dengan ibu dan sebaliknya. Hal itu mempermudah anak membentuk identitas dirinya sendiri sebagai individu dewasa. Kalau anak perempuan kurang akrab dengan ibunya, ia bisa saja mencari sosok ayah jika ia mencari pasangan hidup kelak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar