PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PEMENUHAN
NUTRISI ANAK
Prof. Dr. Soepriyono, Desember 2009
Prof. Dr. Soepriyono, Desember 2009
Kondisi Kesehatan masyarakat Indonesia saat ini sedang terpuruk. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan kasus-kasus gizi buruk di berbagai daerah di Indonesia, dan kondisi inimenambah situasi rumit karena belum tuntasnya masalah kesehatan lain seperti penyakit infeksi, campak, polio, diare, tbc dan ada kecenderungan meningkatnya penyakit kecenderungan meningkatnya penyakit degeneratif di beberapa wilayah Indonesia. Lebih jauh di jelaskan bahwa keadaan ini mungkin disebabkan rendahnya kesadaran penduduk Indonesia untuk hidup sehat, ditambah dengan keadaan perekonomian negara yang tidak stabil.
Peningkatan jumlah
anak balita yang mengalami kurang
gizi sangat mengejutkan sejak tahun 2005 ditemukan 1,8 juta balita menderita kurang
gizi, dalam jangka waktu yang sangat singkat (2006)
menjadi 2,3 balita mengalami kurang.
Gizi,sementara 5 juta lebih anak balita mengalami kurang
gizi telah dialami negara Indonesia dari
tahun 2000 dan terus meningkat sampai sekarang ini semua di tandai dengan
krisis ekonomi yang
dialami oleh masyarakat Indonesia
pada tahun 1998.(http///www.gizi.net). Kenyataan lain yang menyatakan masyarakat
Indonesia mengalami kurang Gizi, yaitu
dengan meningkatnya angka kematian pada anak balita, itu semua tidak terlepas dari keadaan ekonomi dalam memberikan gizi yang dibutuhkan oleh
anak balita dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
Sampai saat ini penderita kurang gizi sudah
mencapai 5 juta anak yang tersebar di seluruh provinsi yang ada
di Indonesia.rata-rata yang mengalami kurang
gizi adalah
anak-anak terutama balita. Data yang di peroleh dari badan pengantar statistik(Bps) menyatakan bahwa jumlah kasus kurang gizi meningkat 100
% secara terus menerus tiap tahunnya, sedangkan dengan data yang di
peroleh di daerah Sumatera dan Jambi adalah daerah yang rawan kekurangan
gizi. Dengan meninjau dan mengadakan pengecekan langsung keseluruhan kabupaten
yang ada di sumatera yang mengalami kekurangan gizi mencapai 789 balita
di tahun 2007 yang meningkat dari tahun sebelumnya.
Menurut Tarwotjo, dan kawan-kawan,
(Dalam:LIPI,1979).
setiap orang atau manusia ingin
mengalami perkembangan untuk mencari dan memenuhi kebutuhan hidupnya,
baik, material, spiritual,
maupun, sosialPemenuhan
kebutuhan hidup memiliki
prioritas karena dalam
mencapainya manusia memiliki
keterbatasan-keterbatasan, inilah yang
memunculkan tingkat kepentingan kebutuhan manusia yang harus
segera di penuhi. Karena manusia itu selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun materil maka manusia itu
akan melakukan berbagai cara dalam pemenuhannya. Misalnya,manusia itu
bekerja keras dalam mencapai kemakmurannya
yaitu dengan mencari
pekerjaan yang dapat
menunjang perekonomian keluarga. Sebab kita tahu bahwa
keadaan ekonomi manusia itu
cenderung menjadi masalah dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. Dengan kata lain, semakin tinggi pendapatan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya maka akan semakin naik statusnya dalam masyarakat dan begitu sebaliknya.
cenderung menjadi masalah dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. Dengan kata lain, semakin tinggi pendapatan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya maka akan semakin naik statusnya dalam masyarakat dan begitu sebaliknya.
Kita
dapat melihat sebagai
salah satu contoh
yaitu dari segi
tingkat pemenuhan gizi pada anak balita yang
terjadi di desa Girsang di mana desa ini masih
terjadi kekurangan
gizi pada anak balitanya, yang mana faktor utamanya adalah kurangnya pengetahuan orang
tua yang tidak
mengerti tentang gizi
sehingga menyulitkan orang tua atau para ibu
dalam pemenuhan gizi yang di butuhkan anak
balita tersebut.
Hal ini menjadi dampak dan faktor yanh kurang memadai dan rendahnya
pengetahuan keluarga tentang gizi, karena jika keadaan pendidikan yang dimiliki
keluarga berada di atas rata-rata kurang memadai maka tidak terpenuhilah keadaan
gizi yang kurang baik dan begitu juga sebaliknya apabila orang tua mengerti tentang
gizi maka orang tua tersebut akan memberikan gizi yang terbaik pula bagi balita
mereka agar balita mereka dapat sehat. Dari situasi ini kita dapat melihat
betapa berpengaruhnya pendidikan dan perhatian keluarga dalam pemenuhan gizi
pada anak balita ataupun keluarga yang mencintai balita tersebut.
Abraham Maslow dalam Nurdin,
Fahdil (1989) mengungkapkan bahwa kehidupan suatu masyarakat merupakan salah satu persoalan yang sangat kompleks, sebab kehidupan anak merupakan suatu upaya
yang bertujuan secara langsung untuk meningkatakan kemakmuran dan kebahagiaan bagi keluarga,
namun di pihak lain juga harus memilih
tanggung jawab untuk membangun sistim pemenuhan gizi yang
baik sebagai bagian internal dari upaya peningkatan kemakmuran gizi bagi keluarga.
baik sebagai bagian internal dari upaya peningkatan kemakmuran gizi bagi keluarga.
Berdasarkan ketetapan
undang-undang RI tentang
kesejahteraan anak terutama kebutuhan pokok akan pangan dan gizi disamping
perhatian, kasih saying orang tua.
Terpenuhinya makanan dan gizi dengan baik, akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan sempurna. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan anak dan kesejahteraan anak,
seperti yang di kemukakan oleh salah satu organisasi kesehatan dunia,
yaitu WHO, mengartikan ilmu gizi sebagai proses yang terjadi pada organisme hidup untuk mengolah dan mengambil zat padat
dan zat cair dari makanan yang di
perlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, serta sebagai fungsi organ tubuh dan menghasilkan energy keadaan lelah dan
lebih otomatis tidak sanggup
memperhatikan penuh dalam pertumbuhan
anak balita tersebut. ( Data Puskesmas Desa Girsang).
Menurut koenjraningrat ( 1989:30 ) dalam suatu masyarakat baru tentu
harus lebih
dahulu memulai dari
keterangan seorang informan
pangkal yang dapat memberikan berbagai
keterangan lebih lanjut
yang di perlukan
oleh peneliti. Informan-informan
serupa itu sebaiknya orang uang mempunyai pengetahuan luas mengenai berbagai sektor masyarakat dan yang
mempunyai kemampuan untuk mengintroduksikan
peneliti kepada informan yang lain yang merupakan ahli tentang masyarakat yang akan di teliti.
Informan pangkal dalam penelitian ini adalah kepala desa. Peneliti
memilih kepala desa sebagai informan
pangkal karena si peneliti beranggapan bahwa kepala desa lebih tahu siapa-siapa saja atau keluarga
siapa yang anaknya mengalami kekurangan
gizi dan peneliti juga beranggapan bahwa kepala desa memiliki kartu keluarga dari setiap keluarga yang ada di desa
girsang tersebut. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Orang
yang dianggap lebih mengerti dan
memahami situasi-situasi tentang pengetahuan akan gizi dan sudah lama berada di desa Girsang. Informan tersebut terdiri dari
Kepala puskesmas dan Dr, sera Bidanbidan
pembantu yang ada di desa girsang. Informan biasa dalam penelitian ini adalah
Orang-orang yang ada di desa girsang atau masyarakat girsang, yang mengetahui
dan belum mengetahui apa itu giz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar