Kamis, 15 Maret 2012

Jurnal Kesehatan

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PEMENUHAN NUTRISI ANAK


Prof. Dr.  Soepriyono, Desember 2009



Kondisi Kesehatan masyarakat Indonesia saat ini sedang terpuruk. Hal ini  ditandai dengan fenomena temuan kasus-kasus gizi buruk di berbagai daerah di  Indonesia, dan kondisi inimenambah situasi rumit karena belum tuntasnya masalah  kesehatan  lain  seperti  penyakit  infeksi,  campak,  polio,  diare,  tbc  dan  ada kecenderungan  meningkatnya  penyakit  kecenderungan  meningkatnya  penyakit  degeneratif di beberapa wilayah Indonesia. Lebih jauh di jelaskan bahwa keadaan ini  mungkin disebabkan rendahnya kesadaran penduduk Indonesia untuk hidup sehat,  ditambah dengan keadaan perekonomian negara yang tidak stabil.
Peningkatan  jumlah  anak  balita  yang  mengalami  kurang  gizi  sangat  mengejutkan sejak tahun 2005 ditemukan 1,8 juta balita menderita kurang gizi, dalam  jangka waktu yang sangat singkat (2006) menjadi 2,3 balita mengalami kurang.
Gizi,sementara 5 juta lebih anak balita mengalami kurang gizi telah dialami negara Indonesia dari tahun 2000 dan terus meningkat sampai sekarang ini semua di tandai dengan  krisis  ekonomi  yang  dialami  oleh masyarakat  Indonesia  pada  tahun 1998.(http///www.gizi.net).  Kenyataan lain yang menyatakan masyarakat Indonesia mengalami kurang  Gizi, yaitu dengan meningkatnya angka kematian pada anak balita, itu semua tidak  terlepas dari keadaan ekonomi dalam memberikan gizi yang dibutuhkan oleh anak balita dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Sampai saat ini penderita kurang gizi sudah mencapai 5 juta anak yang  tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia.rata-rata yang mengalami kurang  gizi adalah anak-anak terutama balita. Data yang di peroleh dari badan pengantar  statistik(Bps) menyatakan bahwa jumlah kasus kurang gizi meningkat 100 % secara  terus menerus tiap tahunnya, sedangkan dengan data yang di peroleh di daerah  Sumatera dan Jambi adalah daerah yang rawan kekurangan gizi. Dengan meninjau  dan mengadakan pengecekan langsung keseluruhan kabupaten yang ada di sumatera  yang mengalami kekurangan gizi mencapai 789 balita di tahun 2007 yang meningkat  dari tahun sebelumnya.
Menurut Tarwotjo, dan kawan-kawan, (Dalam:LIPI,1979). setiap orang atau  manusia ingin mengalami perkembangan untuk mencari dan memenuhi kebutuhan  hidupnya,  baik,  material,  spiritual,  maupun,  sosialPemenuhan kebutuhan  hidup  memiliki  prioritas  karena  dalam  mencapainya  manusia  memiliki  keterbatasan-keterbatasan, inilah yang memunculkan tingkat kepentingan kebutuhan manusia yang  harus segera di penuhi. Karena manusia itu selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun materil maka manusia itu akan melakukan berbagai  cara dalam pemenuhannya. Misalnya,manusia itu bekerja keras dalam mencapai  kemakmurannya  yaitu  dengan  mencari  pekerjaan  yang  dapat  menunjang  perekonomian keluarga. Sebab kita tahu bahwa keadaan ekonomi   manusia itu
cenderung menjadi masalah dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. Dengan kata  lain,  semakin  tinggi  pendapatan  seseorang  dalam  pemenuhan  kebutuhan  hidupnya  maka  akan  semakin  naik  statusnya  dalam  masyarakat  dan  begitu  sebaliknya.
Kita  dapat  melihat  sebagai  salah  satu  contoh  yaitu  dari  segi  tingkat  pemenuhan gizi pada anak balita yang terjadi di desa Girsang di mana desa ini masih  terjadi kekurangan gizi pada anak balitanya, yang mana faktor utamanya adalah  kurangnya  pengetahuan  orang  tua  yang  tidak  mengerti  tentang  gizi  sehingga  menyulitkan orang tua atau para ibu dalam pemenuhan gizi yang di butuhkan anak  balita tersebut. Hal ini menjadi dampak dan faktor yanh kurang memadai dan  rendahnya pengetahuan keluarga tentang gizi, karena jika keadaan pendidikan yang  dimiliki keluarga berada di atas rata-rata kurang memadai maka tidak terpenuhilah  keadaan gizi yang kurang baik dan begitu juga sebaliknya apabila orang tua mengerti  tentang gizi maka orang tua tersebut akan memberikan gizi yang terbaik pula bagi  balita mereka agar balita mereka dapat sehat. Dari situasi ini kita dapat melihat betapa  berpengaruhnya pendidikan dan perhatian keluarga dalam pemenuhan gizi pada anak  balita ataupun keluarga yang mencintai balita tersebut.
Abraham Maslow  dalam Nurdin,  Fahdil (1989)  mengungkapkan bahwa  kehidupan suatu masyarakat merupakan salah satu persoalan yang sangat kompleks,  sebab kehidupan anak merupakan suatu upaya yang bertujuan secara langsung untuk  meningkatakan kemakmuran dan kebahagiaan bagi keluarga, namun di pihak lain juga harus memilih tanggung jawab untuk membangun sistim pemenuhan gizi yang
baik sebagai bagian internal dari upaya peningkatan kemakmuran gizi bagi keluarga.
 Bimantara (2000), dengan judul penelitian “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemenuhan Nutrisi Anak” mengatakan bahwa seseorang yang bekerja akan memiliki pengetahuan atau informasi yang banyak jika rajin membaca atau mendengarkan penyuluhan dari tenaga kesehatan, tapi jika tidak, maka tidak akan semakin bertambah informasi yang didapatkan sehingga informasi lambat diterima
Berdasarkan  ketetapan  undang-undang  RI  tentang  kesejahteraan  anak terutama kebutuhan pokok akan pangan dan gizi disamping perhatian, kasih saying orang tua. Terpenuhinya makanan dan gizi dengan baik, akan dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan anak dan kesejahteraan anak, seperti yang di kemukakan oleh salah satu organisasi kesehatan dunia, yaitu WHO, mengartikan ilmu gizi sebagai proses yang terjadi pada organisme hidup untuk mengolah dan mengambil zat padat dan zat cair dari makanan yang di perlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, serta sebagai fungsi organ tubuh dan menghasilkan energy keadaan  lelah dan  lebih otomatis  tidak  sanggup  memperhatikan penuh dalam pertumbuhan anak balita tersebut. ( Data Puskesmas Desa Girsang).
Menurut koenjraningrat ( 1989:30 ) dalam suatu masyarakat baru tentu harus lebih  dahulu  memulai  dari  keterangan  seorang  informan  pangkal  yang  dapat memberikan  berbagai  keterangan  lebih  lanjut  yang  di  perlukan  oleh  peneliti. Informan-informan serupa itu sebaiknya orang uang mempunyai pengetahuan luas mengenai berbagai sektor masyarakat dan yang mempunyai kemampuan untuk mengintroduksikan peneliti kepada informan yang lain yang merupakan ahli tentang masyarakat yang akan di teliti.
Informan pangkal dalam penelitian ini adalah kepala desa. Peneliti memilih kepala desa sebagai informan pangkal karena si peneliti beranggapan bahwa kepala desa lebih tahu siapa-siapa saja atau keluarga siapa yang anaknya mengalami kekurangan gizi dan peneliti juga beranggapan bahwa kepala desa memiliki kartu keluarga dari setiap keluarga yang ada di desa girsang tersebut.  Informan kunci dalam penelitian ini adalah Orang yang dianggap lebih mengerti dan memahami situasi-situasi tentang pengetahuan akan gizi dan sudah lama berada di desa Girsang. Informan tersebut terdiri dari Kepala puskesmas dan Dr, sera Bidanbidan pembantu yang ada di desa girsang.  Informan biasa dalam penelitian ini adalah Orang-orang yang ada di desa  girsang atau masyarakat girsang, yang mengetahui dan belum mengetahui apa itu  giz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar